Peduli Masyarakat

Tak sekedar jargon dan kata saja. Kami akan memberikan bukti, bahwa kami peduli terhadap masyarakat.


Senin, 13 Juni 2016

Dibongkar dan Dibangun Ulang, Pembangunan Halte BST Eman-eman

Pembangunan halte BST dinalai eman-eman (Sumber Solopos)


PKS Kota Solo - Sebanyak 10 lokasi halte Batik Solo Trans (BST) Koridor I dibongkar dan dibangun ulang dengan konsep terbuka, Jumat (13/5/2016). Pembangunan satu unit halte BST itu menelan anggaran Rp300 juta. Namun, pembangunan halte tersebut menuai kritik dari kalangan legislatif.

Wakil Ketua DPRD Solo Abdul Ghofar Ismail menilai Pemkot tidak matang dalam menyusun perencanaan saat membangun halte BST. Mestinya saat membangun halte itu sudah direncanakan, sehingga tidak asal bangun kemudian dibongkar. “Eman-eman, sudah dibangun sekarang dibongkar dan diganti lagi. Anggarannya juga lumayan,” katanya.

Dalam merencanakan, Dishubkominfo diminta membuat master plan yang tepat dan dipikirkan masak- masak. Jangan sampai ketika ada penggantian pimpinan kemudian ide berubah. Dia lebih sepakat apabila Dishubkominfo memenuhi kebutuhan halte di semua koridor terlebih dahulu. Dirinya sangat menyayangkan apabila halte yang masih kokoh itu malah dibongkar. “Ini sama saja muspra bangun halte,” katanya.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo Yosca Herman Soedrajat mengemukakan pembongkaran halte BST dilakukan karena berakhirnya masa kontrak pihak ketiga pada tahun ini. Diketahui, Pemkot menggandeng pihak ketiga dalam pembangunan halte BST koridor I. Dengan berakhirnya masa kontrak yang dijalani selama enam tahun ini, maka halte dibongkar.

“Halte kemudian kami bangun lagi dengan anggaran dari APBD Kota dan Provinsi total Rp3 miliar,” kata Herman, sapaan akrabnya ketika dijumpai wartawan di Balai Kota, Jumat (13/5/2016).

Herman menyebutkan ada sebanyak 10 halte BST koridor I dibongkar dan diganti dengan yang baru. Jika dihitung dengan total anggaran Rp3 miliar, biaya pembangunan satu unit halte menghabiskan dana Rp300 juta. Halte tersebut disesuaikan dengan halte BST lain dikonsep terbuka.

“Saat ini 10 halte BST didesain tertutup kaca. Tapi kami ganti dengan konsep terbuka,” katanya.

Herman berencana mengganti seluruh halte BST dengan konsep terbuka. Menurutnya desain halte terbuka lebih rapi, luas dan memberi kenyamanan tersendiri bagi pengguna BST. Sejauh ini konsep halte tertutup kaca rawan tindak kejahatan dan sering kali digunakan untuk tiduran anak jalan maupun orang terlantar. Selain itu dari segi pemeliharaan lebih mudah.

“Halte sekarang diganti dengan besi dan terbuka agar terlihat lebih luas, jadi memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakan transportasi umum,” katanya.

Sumber : Solopos

Senin, 23 Mei 2016

VIDEO - Anggota DPR RI dan Wakil Ketua DPRD Solo Tinjau Pelaksanaan UNBK di SMP Negeri 12 Solo

SOLO - Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Abdul Kharis Almasyhari didampingi Wakil Ketua DPRD Surakarta, Abdul Ghofar  Ismail meninjau pelaksanaan hari terakhir ujian nasional SMP di Solo.
Abdul Kharis mengunjungi SMPN 12 Surakarta bersama Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Etty Retnowati 
"Saya ingin melihat lebih dekat, ini kan tugas Komisi X," kata Abdul Kharis, Kamis (12/5/2016).
Menurutnya, hari ini kunjungan yang sama juga diadakan di lima daerah di Indonesia.
Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Solo berlangsung cukup lancar.
Kendala terjadi hanya pada awal pelaksanaan, yaitu penggantian perangkat lunak yang digunakan untuk mengerjakan ujian.(*)

Sumber : Tribunnews

Abdul Ghofar Ismail, Hanya Keluar Rp 3 Juta Untuk Jadi Dewan

Foto Keluarga Abdul Ghofar Ismail saat 2009 lalu
Caleg ”Minimalis’’ Menuju Kursi Dewan

*Catatan Pemilu Legislatif 2009

Solo - Untuk bisa menjadi anggota legislatif, tidak mutlak mengeluarkan uang banyak. Abdul Ghofar Ismail SSi, salah satunya. Berkampanye menjelang pemungutan suara, 9 April lalu [2009,red], caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) nomor urut 1 Daerah Pemilihan Laweyan, Solo, ini hanya mengeluarkan biaya Rp 3 juta.

Sejak semula, guru SMA Al Islam 3 Solo ini tidak pernah berniat menjadi anggota DPRD. Ayah empat anak itu langsung protes saat namanya masuk dalam bursa pencalonan yang diusung DPTD (Dewan Pimpinan Tingkat Daerah (DPTD) PKS Surakarta, yang membawahi tiga badan yakni Majelis Pertimbangan Daerah (MPD), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan Dewan Syariah Daerah (DSD). 

”Tapi karena itu merupakan hasil syuro dan juga telah melalui penjaringan internal kader, saya tidak bisa menolaknya. Sebenarnya kalau boleh memilih, saya ingin terus bisa mendarmabaktikan diri saya di jalur dakwah sekolah sekaligus agar tetap dekat dengan anak didik saya,” jelas alumnus Jurusan Matematika MIPA UNS itu.


Sebelumnya, Wakasek Bidang Kurikulum itu ditawari menjadi kepala SMA Al Islam 3 Solo. Namun karena ia menjadi caleg PKS, jabatan itu kemudian dipercayakan kepada guru lain.

Suami dari Khusnani Hayati (37) itu mau tidak mau harus bersungguh-sungguh atas amanah yang dibebankan padanya. 
”Saya tidak bisa berdiam diri. Ketika nama saya dimasukkan pada nomor urut satu Dapil Laweyan, saya harus mengerahkan kemampuan untuk memberikan yang terbaik bagi jalan dakwah ini.”

Sang Istri sempat menolak Keras
Begitu pula sang istri yang semula menolak keras, akhirnya ikut membantu mempromosikan sang suami. Guru di SMA Al Islam I Solo itu pun mengenalkan kepada teman dan koleganya. 

”Kalau saya bersikeras menolaknya, justru itu malah akan membebani suami saya. Bagaimanapun, saya harus menghormati hasil syuro yang memberikan amanah berat kepada suami saya,” imbuh Una, begitu istri Ghofar biasa disapa, yang saat ini sedang mengandung buah hatinya yang kelima.

Lalu, ayah dari Adib (kelas 5 SD), Izzah (kelas 3 SD), Wafi (kelas 1 SD) dan Afif (3 tahun) ini pun menjalin silaturahmi dengan teman-teman lamanya. Maklum, dia saat ini tinggal di rumah sang ibu, Surti Budiah, di Kecamatan Serengan yang termasuk Dapil Serengan- Pasarkliwon. 

”Saat putusan MK tentang suara terbanyak turun, saya tidak yakin bisa menang. Sebab selama ini aktivitas dakwah saya di Serengan. Apalagi menurut perkiraan kasar partai, perolehan suara saya hanya menduduki rangking empat. Jadi ketika saya meraih suara terbanyak, semua kaget. Terlebih lagi saya.”

Namun ternyata takdir berkata lain. Entah mengapa, setiap dia melangkah untuk bersilaturahmi ke teman-teman sekolah, teman lama ataupun tokoh-tokoh, selalu dimudahkan jalannya. 

”Bisa dibilang, saya hanya gresek mencari dukungan karena saya bukan asli Laweyan. Namun ternyata dimudahkan jalannya. Seperti ketika saya bertemu teman lama, ada yang bilang begini. Dhisik aku nek ulangan sering mbok ajari, saiki aku tak ndukung kowe,” ujar mantan juara 2 siswa teladan se-Surakarta itu.

Logistik kampanye yang dia buat pun, bisa dibilang sangat terbatas. Awalnya, hanya membuat 60 buah banner. Itu saja tidak hanya fotonya yang dipasang, melainkan bertiga dengan foto caleg DPR RI, Hidayat Nur Wahid, dan caleg DPRD Jateng, Mahmud Mahfudz Lc. 

”Biayanya sekitar Rp 300 ribu. Semula saya pasang sendiri, karena memang tidak ada biaya untuk memasang di jalan. Tapi ketika saya mulai memasang, beberapa anak muda yang melihat langsung membantu saya. Katanya, eh, ana caleg kok masang dhewe. Ayo diewangi,” jelasnya.

Tak Bikin Kaos
Untuk kaus pun, dia tidak membuatnya. ”Ada bantuan kaus dari parpol, jumlahnya terbatas. Namun kaus itu tidak ada tulisan nama saya.”. Lelaki kelahiran 20 Desember 1972 itu baru tergerak untuk membuat brosur setelah ada teman yang menyarankan.

”Baru pada Maret lalu saya membuat 3 ribu lembar brosur berisi profil singkat saya, atas saran teman SMP yang ingin lebih mengenalkan saya kepada kerabat dan koleganya. Biayanya per lembar Rp 300 sehingga habis sekitar Rp 900 ribu.”

Total dana yang dikeluarkan untuk kampanye, ungkap Sekretaris DPD PKS tersebut, hanya sekitar Rp 3 juta. ”Itu termasuk biaya nyuguhi tiga kali pengajian. Kalau ditotal biaya keseluruhan yang keluar sekitar Rp 3 juta.”

Barangkali, kesungguhan dan intensifnya kunjungan yang dilakukan menjadikan perolehan suaranya menduduki urutan pertama caleg PKS Dapil Laweyan.  ”Memang tidak hanya sekali saya datangi, antara dua hingga tiga kali saya datangi.”

Meski berhasil duduk di kursi legislatif, dia berharap masih bisa tetap beraktivitas di sekolah tempatnya mengajar. ”Kalaupun tidak bisa kembali menjadi guru tetap, saya ingin tetap diizinkan mengajar di sekolah. Paling tidak sekali seminggu atau sekadar menjadi guru tamu,” harapnya. (AR)

* Biaya Rp 3 Juta ini yang dikeluarkan dari kantong pribadi, selain itu ada sunduquna juyubuna dari seluruh kader PKS

(Sumber : Suara Merdeka / Anie R Rosyidah-76)

Kamis, 19 Mei 2016

Tetap Nyaman Tinggal Di Rumah Kontrakan Yang Sering Bocor

Keluarga Abdul Ghofar Ismail

Lebih dekat dengan Abdul Ghofar Ismail, Ketua DPD PKS Solo 2015 -2020

Pria ini punya jabatan yang cukup strategis. Selain menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Solo, dia juga termasuk jajaran Wakil Ketua DPRD Surakarta. Bagaimana kesehariannya sebagai orang penting?
Ghofar, begitu sapaan akrab Abdul Ghofar Ismail sebelum pindah ke rumah dinas wakil ketua DPRD Kota Surakarta, pernah tinggal di rumah kontrakan di jalan Semangka 50 Kerten, Solo. Sebuah bangunan lama dengan empat tiang tanpa otot besi, namun lumayan luas terdiri atas tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi dan teras.
"Karena bangunan lama, pada musim pengujan agak sering bocor dan harus memperbaiki di sana-sini," kata dia saat diwawancarai pewarta di rumah lamanya.
Kala itu banyak saudara dan temannya menyarankan untuk pindah kontrakan karena dianggap tidak pas untuk seorang anggota dewan tinggal di kontrakan seperti itu. Bahkan pernah, ketika waktu dulu sang istri sakit, banyak ibu-ibu pengajian yang menjenguk ke rumah dan langsung nyeletuk. "Rumah anggota dewan kok kayak begini?," ujar bapak enam anak ini menirukan ibu-ibu pengajian.
Namun bagi Ghofar bersama seorang istri dan enam anaknya tetap nyaman tinggal di rumah kontrakan itu meskipun sering bocor. Menurutnya ini adalah sarana melatih kesederhanaan untuk anak-anaknya.

Hanya Punya Tiga Baju

Kebiasaan hidup sederhana dan mandiri memang sudah dibiasakan sejak kecil. Ketika masih bujang, alumni Ma'had Al Binna dan Ma'had Lughoh Abu Bakar Ash Shidiq UMS ini hanya mempunyai pakaian sebanyak tiga lembar saja. "Satu dipakai, satu dicuci, satu disimpan," kisahnya.
Lulusan jurusan Matematika FMIPA UNS ini mengaku termasuk anak yang tidak pernah minta dibelikan barang-barang kebutuhan oleh orang tuanya. Sehingga kadang orang tua tiba-tiba membelikan baju atau yang lain tanpa sepengatuhannya.
Di balik sikap sederhananya itu, ternyata Ghofar merupakan murid berprestasi. Ketika SMA, dia pernah menyabet gelar siswa teladan 2 tingkat SMA Kota Surakarta. Dilanjut dengan juara 1 lomba pidato se KAresidenan Surakarta.
Meniti karir sebagai pengajar di SMA Al Islam 3, Ghofar didaulat sebagai Wakil Kepala Sekolah pada 1999 hingga 2009. Barulah karena dorongan rekan-rekan pengajian, dia mantap terjun ke dunia politik.

Tanamkan Hidup Sederhana Dalam Keluarga

Ketua Yayasan Corps Dakwah Pedesaan Al Islam Surakarta ini sangat bersyukur karena mendapatkan istri yang juga memiliki pola hidup sederhana.
"Alhamdulillah mendapatkan istri yang mempunyai pola hidup sederhana meski dia putri kiai dan orang kaya," beber Ghofar.
Pernah suatu ketika sang mertua menawarkan rumah untuk ditempati daripada harus mengkontrak. Mendapatkan tawaran itu, pria yang bercita-cita ingin menjadi dosen ini pun menolak dengan halus. Ia memegang prinsip berusaha mandiri dalam menata kehidupan rumah tangga.
"Semoga anak-anak juga dapat mengikuti pola hidup sederhana," harapnya.
Dalam karir sebagai anggota dewan sekaligus pimpinan partai politik, Ghofar kerap mendapat nasihat dari gurunya agar tak hanya memiliki tiga lembar pakaian. "Antum (kamu) berdandan untuk yang mengundang kamu, bukan untukantum sendiri, maka jaga kehormatannya," ucapnya menirukan. (AR)
Terbit di Harian Jawapos Radar Solo, Senin (28 Desember 2015) dengan beberapa penyesuaian

Solo Dipandang Butuh Induk Informasi Pariwisata

Abdul Ghofar : Solo dipandang butuh induk informasi pariwisata (Sumber : tempatwisatadaerah.blogspot.com)
SOLO – Usai capaian jumlah wisatawan Kota Solo menunjukkan tren peningkatan dalam satu tahun terakhir, kalangan legislatif melihat perlu adanya pengelolaan lebih lanjut dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta. Mereka mengusulkan adanya pembentukan induk informasi pariwisata.

Sarana tersebut dianggap dapat membantu Pemkot untuk memberikan layanan terbaik kepada wisatawan. Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta Abdul Ghofar Ismail mengatakan, berdasarkan kunjungan di Belitung beberapa waktu lalu, beberapa sejumlah sistem penataan pariwisata dapat diadopsi. Salah satu yang cukup menarik adalah penyediaan induk informasi.

“Disana ada satu tempat khusus yang menyediakan informasi seputar pariwisata dalam bentuk diorama dan miniatur, tentu dengan penjelasan ringkas,” ujar Ghofar kepada wartawan, Rabu (3/30).

Sumber : Joglosemar